Jumat, 20 Juli 2018

Kerajaan Allah & Misi Gereja (by Ugik Kristiono)

Kerajaan Allah & Misi Gereja

Dari etimilogi kata secara pemahaman umum; Kerajaan menggambarkan bentuk pemerintahan, kekuasaan, komunitas, sistem, pola seperti selayaknya dengan istilah bangsa atau "nation”. Allah menggambarkan dan mewujudkan suatu pribadi dalam keberperananNya di dalam Kerajaan itu. Kalau didefinisikan secara simple, Kerajaan Allah adalah suatu bentuk pemerintahan dengan pola Kerajaan, yaitu dimana adanya suatu komunitas tertentu dimana Allah sebagai yang empunya Kerajaan itu dan sekaligus yang memerintah dan  berkuasa atas Kerajaan tersebut. Jadi Allah yang berperan sebagai Raja dalam pemerintah Kerajaan itu.

Pemahaman sederhana ini banyak memunculkan pertanyaan dan makna yang tersembunyi; dimana Kerajaan Allah itu, siapa yang menjadi komunitasnya untuk diperintah, bagaimana bentuk dan sistem Kerajaan itu, apa tujuan serta sasaran dari Kerajaan Allah itu, dan hal-hal apa saja yang menyangkut dalam Kerajaan itu, dan sekian pertanyaan lainnya yang memungkinkan dapat muncul.


Belajar dan menggumuli dasar pemahaman biblikal secara utuh dan menyeluruh serta menelusuri makna theologis yang tekstual dalam konteks yang historis dengan terang dan anugerah Allah, merupakan salah satu jalur untuk  mencari makna dan arti dari Kerajaan Allah yang tentu tidak akan melepaskan unsur-unsur informasi yang menunjang dan berperan di dalamnya, baik dari sisi sosio historis, politik, budaya, ekonomi, idealisme, geografis maupun sumber daya dan pengetahuan lainnya yang dapat dianggap dan diangkat sebagai resources of reason. (sumber-sumber alasan).

Kerangka pemikiran Kerajaan Allah selalu terkait dengan waktu (lampau, sekarang dan yang akan datang). Keterkaitan peristiwa sejarah pada masa lampau, sekarang dan yang akan datang tidak dapat di pisahkan. Pada pihak dan sisi Allah, Kerajaan Allah yang ada dan melekat padaNya atau auto basileia (Ia sendiri adalah Kerajaan) adalah dari Kekal sampai Kekal atau dari tidak berawal dan sampai tidak berakhir. Sejarah masa lalu, Alkitab hanya memberikan informasi sebatas awal era penciptaan yang dimulainya kiprah dari Tuhan Allah. Mulai dari situ dalam bentangan sejarah, sepertinya telah dimulai suatu perjalanan dari suatu rencana dan skenario karya Allah, ciptaanNya yang manusia ada didalamnya. Makna Kerajaan,
apakah sesuatu yang dipahami sebagai Kerajaan yang mengalami “polarities” yaitu terkandungnya sifat yang berlawanan. Ada beberapa contoh bentuk yang dilawankan yang berhubungan dengan pemahaman tentang identitas Kerajaan Allah; merupakan sesuatu hal yang berhubungan makna sekarang atau akan datang, Kerajaan Allah, hal yang berhubungan dengan individual atau dengan sosial/komunitas, hal yang rohani dengan jasmani/materi, tindakan Allah lawan tindakan manusia, kemudian hubungan Gereja dengan Kerajaan.

Selain pemahaman dengan istilah Kingdom Polarities tersebut, ada bahasan tentang adanya beberapa bentuk atau model dari Kerajaan Allah;
1. Kerajaan yang akan datang: Kerajaan sebagai harapan masa datang
2. Kerajaan di dalam diri sendiri: Kerajaan sebagai pengalaman rohani di dalam diri sendiri,
3. Kerajaan Sorga : Kerajaan sebagai komunitas mistik / rohani
4. Kerajaan Gerejawi: Kerajaan sebagai institusi Gereja
5. Kerajaan bawah tanah/sebagai perlawanan : Kerajaan sebagai lawan-sistem
6. Kerajaan Theokrasi : Kerajaan sebagai Politik Negara
7. Kerajaan yang mengubah : Kerajaan sebagai komunitas Kristen
8. Kerajaan khayalan : Kerajaan sebagai khayalan keduniawian

Bentuk-bentuk ini muncul dari perkembangan dan pemahaman theologia yang ada, sepaham dan sejalan dengan pengalaman sejarah dari Gereja. Alasan-alasan theologis dan dasar biblikal turut serta melengkapi dari bentuk Kerajaan ini. Masalahnya adalah corak theologis pada penekanan biblikal dari segi ragam yang mendasarinya, sehingga dapat dikatakan landasan theologis-biblikalnya cukup kuat atau rentan dengan kelemahan yang kurang terdukung dengan fakta sosio historis maupun antropologis sampai dengan hubungan pada eskatologis. Model-model ini turut serta mewarnai ragam dari praksis gereja dalam misinya di dunia, terlebih dalam konteks krisis yang dialami Indonesia saat ini, baik yang sudah terbukti dalam sejarah atau yang sedang dan akan berlangsung. Hanya Gereja dan dunia (masyarakat) yang dapat membuktikan dan melihat kenyataan dan implikasi dari model Kerajaan yang dipahami dan diterapkan.

Hingga saat ini, persepsi dan pemahaman tentang Kerajaan Allah kadang masih memberikan makna yang meluas dan beragam bagi Gereja yang memberikan definisi pemahaman dan arti. Perbedaan pemahaman tentang Kerajaan Allah sudah terjadi sejak jaman murid Tuhan Yesus pada Kis. 1:6. Pengertian Kerajaan Allah yang dibicarakan Yesus pada peristiwa sebelumnya, ditangkap/dimengerti oleh para murid kepada suatu pemahaman yang jasmani dan kelihatan bagi kerajaan Israel. Persepsi dan pemahaman tentang Kerajaan Allah dapatlah berbeda, antara dari pihak Allah yang menyampaikan dan membawa berita itu, dengan para murid atupun orang-orang yang mendengar dan menerimanya.. Semenjak misi yang dibawa dan diberitakan Yesus tentang Kerajaan Allah disampaikan, dalam perkembangannya, orang-orang yang
menangkap dan menerima berita itu dari waktu ke waktu mengalami suatu perkembangan. Jadi dapat dikatakan bahwa bisa juga pemahaman konsep tentang Kerajaan Allah itu bagi manusia mengalami perkembangan dari waktu ke waktu sesuai dengan pengalaman dan pemahaman iman dan theologi yang juga terus berkembang dengan dinamikanya.

Dalam Alkitab Perjanjian Lama, ada dua istilah kata Ibrani yang dipakai untuk menunjuk kepada kata dan pengertian dari Kerajaan Allah; Pertama, kata Malkut Yahweh = Tuhan hadir atau God is Present, kedua, kata Malkut Samayim = Allah adalah Raja.

Dalam perkembangan berikutnya di Perjanjian Baru, dalam istilah Yunani ada dua kata yang sama arti dan maknanya. Pertama; Basileia tou theou = Kerajaan Allah. Kedua; Basileia ton auranon = Kerajaan Sorga. Kedua kata dalam PL dan PB mempunyai makna dan arti yang sama. Kerajaan Allah yang fondasinya dibangun dalam Perjanjian Lama diperkembangkan dan diperkenalkan kepada bangsa-bangsa lain. Berita dan konsep tentang Kerajaan Allah dalam Perjanjian Baru merupakan perkembangan dan kegenapan dalam sejarah Perjanjian Lama. Berita dan deklarasi tentang Kerajaan Allah dalam perjanjian Baru di bawa dan dikerjakan oleh dan dalam diri Yesus Kristus sendiri yang diyakini sebagai kegenapan dari pernyataan Perjanjian Lama. Kerajaan Allah telah datang di dalam Dia dan dengan Dia: Dia adalah auto basileia (Ia sendiri adalah Kerajaan).

Kalau Kerajaan Allah diyakini sebagai suatu bentuk pemerintahan Allah yang kekal yang telah dinyatakan dalam PL, (Yesaya 9:5 dan Dan 7:13-14) rujukan perwujudan dalam PB adalah dalam diri Yesus. Kerajaan Allah disini tidaklah suatu wilayah yang dikuasai dan dipimpin oleh Allah, karena Kerajaan Allah bersifat universal untuk masa lampau, sekarang dan yang akan datang.

Dalam Perjanjian Lama sendiri, perikop-perikop yang memakai kata “kerajaan” dalam arti pemerintahan manusia dapat ditemukan dalam Yeremia 49:34: II Taw. 11:17; 21:1, Ezra 4:5; Nehemia 12:22. Jikalau kata kerajaan itu berarti Kerajaan Allah, maka artinya selalu adalah pemerintahan Allah, kekuasaan Allah, kedaulatan Allah, dan bukan wilayah berlakunya pemerintahan itu. Mazmur 103:19: “Tuhan sudah menegakkan tahtaNya di Sorga dan kerajaanNya berkuasa atas segala sesuatu”.

Untuk memahami Kerajaan Allah secara lengkap dan utuh, perlu melihat dalam kronologis sejarah secara utuh dan menyeluruh, mulai dari PL masa penciptaan sampai dengan PB YesusKristus dan bahkan sampai pada masa eskatologi. Kharakteristik dan dinamika dari kerajaan Allah adalah kebenaran, keadilan, kekudusan dan anugerah. Sedangkan realisasi dan tanda-tanda dari Kerajaan Allah diantaranya adalah; adanya sentuhan Illahi atas umat yang miskin untuk mempunyai Kerajaan Allah (Matius 5:3); Adanya pengampunan dosa yang nyata (markus 2:5); Adanya mujizat dan kesembuhan illahi (Matius 11:5); Kuasa
Setan diusir (Lukas 11:20); Adanya Rahmat Allah dan pembebasan, keadilan, kebenaran, kekudusan serta belas kasihan. Selain itu Alkitab juga mencatat bahwa Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah, juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada disini atau ia ada disana ! “Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu” (Lukas 17:20-21).


Sejarah dan kenyataan Kerajaan Allah mencakup dimensi dan sektor hidup dan kehidupan yang cukup luas, hubungan Allah dengan ciptaanNya, tujuan rencana Allah dan kehendakNya, menjadikan kebutuhan akan pemahaman Kerajaan Allah juga harus diinterpretasikan secara utuh, menyeluruh dan mendalam. Menekankan pada satu sisi dalam model atau bentuk tertentu dengan ekstrim tanpa melihat sisi dan dimensi yang lain yang terkandung didalamnya akan menghasilkan nilai interpretasi yang dangkal dan kurang komprehensip. Kalau didaulatkan bahwa Kerajaan Allah adalah adanya kedaulatan, kekuasaan dan pemerintahan Allah dengan semua sifat-sifat dan keberadaan Allah ada di dalamnya yang sekaligus juga menyangkut komunitas manusia yang terlibat dan hidup dalam cakupan Kerajaan itu, maka Kerajaan Allah menyangkut hubungan yang berdimensi vertikal (manusia dengan Allah) dan dimensi horisontal (manusia dengan komunitasnya). Komunitas Kerajaan Allah adalah komunitas orang yang telah dipanggil dan meresponi panggilan itu serta diperbaharui hidupnya, menyambut hukum Allah dan semua peraturan yang diberikan oleh Allah. Allah adalah Raja dari Kerajaan itu dan yang mengatur roda jaman dan memelihara komunitas umatNya.

Komunitas manusia Kerajaan Allah tinggal dan hidup bersama dengan manusia lainnya di dalam dunia yang adalah ciptaan Allah (untuk sekarang ini). Jadi unsur dan segi lainnya adalah bahwa selain pihak Allah sebagai pemegang kendali pemerintahan Kerajaan Allah dan pihak komunitas manusia yang menjadi milik dan umatNya, maka unsur dunia atau bumi (Kosmos atau Ge) dengan segala sistem dan tatanannya juga menjadi bagian dari kehidupan komunitas manusia KerajaanAllah (untuk masa sekarang), kalau sampai Kosmos dan Ge itu belum berakhir dan diganti dengan langit dan bumi baru pada masa eskatologi parausia. Di dalam Kosmos dan Ge itu mengandung dan terdiri dari berbagai unsur bangsa (Laos) termasuk Indoensia yang ada didalamnya.

Memahami rangkaian Kerajaan Allah dalam konteks sejarah masa kelampauan hingga ke kiniannya yang berhubungan dengan komunitas manusia Kerajaan Allah yang masih tinggal dan hidup di dunia, maka rangkaian pemahaman theologis, antropologis beserta dengan kosmologis dan geologis yang berunsur adanya bangsa (Laos), harus menjadi pemahaman dan penekanan yang komprehensip dan simultan.

Dengan demikian sudah menjadi semakin jelas bahwa sepanjang Kerajaan Allah yang sudah dimulai dan masih serta akan terlibat dengan komunitas manusia yang masih tinggal di dunia ini, maka memahami tentang Kerajaan Allah, tidaklah bisa sepihak saja (dalam arti pihak dan oknum yang terlibat di dalamnya), ataupun dalam unsur dan segi-segi tertetu saja (dalam arti elemen-elemen dan unsur yang terkandung dalam ekosistem kehidupan dari Kerajaan itu). Dengan demikian pemahaman tentang Kerajaan Allah tidak hanya sekedar sebagai sesuatu yang jauh dari realitas kekinian untuk jauh dan melambung dalam impian dan angan-angan spiritualitas akan datang (Utopia), namun Kerajaan Allah dapatlah dipahami, dimengerti dan dirasakan akan kehadirannya dalam era sekarang ini di bumi yang telah dan sedang dihidupi manusia. “Datanglah KerajaanMu di bumi seperti di Sorga --- damai di sorga damai di bumi”.

Mempelajari konsepsi dan paradigma di atas maka sudah barang tentu bahwa Kerajaan Allah pada akhirnya masuk dan terlibat dalam makna kehidupan yang realistis; dalam budaya, sosial, ekonomi, bahkan sampai pada politik, idiologi, pengetahuan, teknologi dan semua akses dan sumber daya yang terlibat dan tercakup di dalamnya dengan segala dilematis dan problema yang terjadi. Karena komunitas Kerajaan itu dimasuki dan memasuki kehidupan manusia, maka Kerajaan Allah itu juga memasuki komunitas sosial.

Di dalam komunitas sosial berarti akan adanya solideritas yang menandai kehidupan yang dibangun atas hubungan kepercayaan bersama, cita-cita dan komitmen moral dan kehidupan yang saling menunjang dan saling tergantung satu dengan yang lainnya. Dalam pemahaman ini, lebih realistis dan relevan kalau melihat dan mengungkapkan tentang Kerajaan Allah adalah suatu kerangka dan makna yang holistik, universal dan kompleks.

Dalam Konteks pembahasan ini, diambil dalam satu teks pada Nats Alkitab Injil Lukas 9:2. yang akan dibahas dalam pemahaman proses Hermeneutik yang disebut dengan hermeneutic circle secara praktis, yaitu langkah dari pemahaman presuposisi, presuposisi sampai dengan aplikasi sebagai dasar dari pemahaman tentang konsep pemberitaan Kerajaan Allah. Lukas 9:2; “Dan Ia mengutus mereka untuk memberitakan Kerajaan Allah dan untuk menyembuhkan orang”. Kitab Injil Lukas merupakan bagian dari salah satu Kitab Injil Sinoptik yang ditulis oleh seorang Tabib yang bernama Lukas seorang Yunani yang juga sebagai sejarawan. Injil Lukas ditulis kurang lebih pada tahun 63 Masehi yang ditujukan kepada Teofilus yang mulia (Lukas 1:1) dengan tujuan untuk menuliskan tentang segala peristiwa yang telah disampaikan oleh mereka yang menjadi saksi mata dan pelayanan Firman untuk menjadi kesaksian, pengajaran dan berita yang sungguh benar untuk meyakinkan Teofilus (Lukas 1:2-4). Lukas menceritakan riwayat Yesus sebagai sejarah dan mengungkap fakta-fakta yang terjadi. Dalam penulisannya, Lukas sangat concern terhadap keadaan-keadaan sosial, terutama perbedaan antara orang miskin dengan orang kaya.

Hal ini sedikit banyak juga dipengaruhi oleh situasi dan kondisi pada saat itu dengan berkembangnya kekuasaan-kekusaan dan kebijakan politik tertentu, yang juga mengakibatkan keadaan perekonomian yang terkondisikan sedemikian rupa. Konteks penulisan Injil Lukas juga hampir sama dengan apa yang terjadi di Indonesia, teks Lukas 9:2 juga sangat relevan bagi Gereja untuk masyarakat Indonesia yang sedang mengalami keterpurukan dalam multi dimensi krisis yang berakibat meningkatnya populasi kemiskinan di Indonesia. Pernyataan dan peristiwa Lukas 9:2, merupakan rangkaian yang pada intinya adalah pengutusan murid Yesus dalam mengembangkan misi Allah. Kalau dilihat dari fakta sejarah, dan jenis penulisan pada teks dan konteks yang ada, tulisan Lukas dalam nats ini dapatlah digolongkan pada suatu yang mengandung unsur didaktik/pengajaran, dimana dalam peristiwa tersebut Yesus juga mempunyai maksud untuk mendidik dan mengajar para muridNya dalam beberapa segi dimensi kehidupan dan pelayanan selain juga mempunyai misi Allah. Peristiwa pelayanan pada nats yang ada tersebut juga mengandung unsur mujizat Allah dalam mengusir roh jahat/setan dan juga mujizat-mujizat kesembuhan atas penyakit-penyakit.

Lukas 9:2 termasuk dalam bagian perikop Lukas 9:1-6, tentang pengutusan atas kedua belas murid oleh Yesus. Pada perikop ini ada beberapa hal yang dapat memberikan suatu arti atau pemahaman, baik secara theologis, sosio historis, antropologis yang realistis dan aplikatif. Peristiwa pemanggilan serta pengutusan kedua belas murid Yesus ini merupakan misi daripada untuk meluaskan pekerjaan yang Yesus lakukan, sekaligus juga Yesus ingin mengajar dan memberi kesempatan latihan praktek kepada para muridNya, seperti yang telah Ia teladankan kepada mereka. Namun demikian Yesus tidaklah hanya mengutus dan membiarkan mereka pergi begitu saja, melainkan Ia juga bertanggung jawab atas peristiwa pengutusan itu.

Yesus memberikan bekal dan pesan kepada murid-muridNya yang diutus, yaitu kuasa/kekuatan/karunia-karunia untuk mengadakan mujizat Allah (power) dan juga memberikan kekuasaan/wibawa/otoritas (authority). Tugas utama yang para murid emban dari Tuhan Yesus adalah memberitakan tentang Kerajaan Allah dan menyembuhkan orang, seperti yang Ia telah kerjakan dan ajarkan kepada para murid. Kerajaan Allah disini merupakan suatu suasana dan situasi dimana Allah yang memerintah sebagai Raja, dimana disitu ada keselamatan, damai sejahtera dan sukacita surgawi.

Tugas daripada para murid adalah untuk menghadirkan Kerajaan Allah tersebut dimana mereka diutus dan berada, sekaligus juga menyatakan suatu otoritas. Kekuasaan atas setan/roh jahat sebagai lawan daripada Kerajaan Allah (power’s counter) dan menyembuhkan segala penyakit.

Lepas dari teks dan konteks Lukas 9, Kerajaan Allah dalam konsepsi keakanan, hanyalah masih merupakan analisa eksegesis futuris dalam kerangka pemahaman eskatologis. Setiap komunitas manusia Kerajaan Allah mempunyai hak dan kewenangan serta keberanian untuk menginterpretasikan paradigma dan pemahamannya tentang masa depan dari Kerajaan Allah dimana mereka akan ada disana. Hal ini baik yang berhubungan dengan masa kekekalan yang akan datang setelah dunia dan bumi ini lenyap, ataupun masa depan kehidupan komunitas Kerajaan Allah menjelang era kekekalan itu sendiri. Bagaimana komunitas ini bisa sampai kepada masa kekekalan Kerajaan itu, masa-masa apa saja yang harus dilalui, kalau ada tahapan, bagaimana tahapannya, dan sekian banyak kemungkinan dan persitiwa maupun kejadian yang akan menyertai dan mengantar kepada masa kekekalan Kerajaan itu. Ada kemungkinan pendapat bahwa, dalam masa menuju kekekalan Kerajaan Allah, manusia komunitas dari Kerjaan Allah dipersiapkan dengan masa-masa sulit/aniaya (tribullation) atau selain itu juga adanya suatu kekuatan sebagai power’s counter dari eksistensi dan keberlangsungan pemerintahan Kerajaan Allah itu sendiri. power’s counter ini dinamakan sebagai antikrist

Pada masa eskatologi ter-istilah juga adanya masa yang dinamakan masa pengangkatan pada manusia komunitas warga Kerajaan Allah dari kehidupan kosmos atau ge. Yang menjadi asumsi dalam kerangka eksegesis futuris adalah bahwa manusia komunitas Kerajaan Allah dapat mengalami tiga kemungkinan; pertama;mengalami pengangkatan dahulu sebelum datangnya power’s counter, kedua; mengalami pengangkatan pada masa terjadinya power’s counter, dan ketiga; mengalami pengangkatan setelah masa terjadinya power’s counter. Warga komunitas Kerajaan berada dalam kebebasan memberikan pemahaman pada kerangka eksegesis futuris dalam menempatkan diri di era eskatologis secara bertanggung jawab dan konsekuen.

Memberi pemahaman yang lebih fokus lagi bahwa yang menjadi simbol dan identifikasi dari komunitas warga Kerajaan Allah itu adalah orang-orang percaya, yaitu komunitas Kristen yang dikasihi oleh Raja dari Kerajaan Allah itu. Berikutnya bahwa orang percaya atau komunitas Kristen itu disebut sebagai Gereja yang artinya adalah yang telah dipanggil keluar oleh Allah untuk masuk dalam persekutuan komunitas Kerajaan Allah. Allah adalah Allah yang hadir dan terlibat dalam sejarah, dan Kerajaan Allah tidak memisahkan diri dari sejarah. Jadi pada akhirnya, tidak terlalu humanis centristik kalau dapat dikatakan bahwa orang percaya mempunyai keleluasaan untuk memaknai setiap model dan bentuk dari Kerajaan Allah dalam kehidupan sosial, budayanya secara komprehensip dan simultan dalam konteks hidupnya dengan rasa tanggung
jawab kepada diri sendiri, sesama dan terlebih kepada Tuhan Allah. 

Dalam hal ini tidak lepas dari eksistensi Gereja dalam keberadaannya di tengah-tengah bangsa Indonesia yang sedang berkecamuk dalam segala masalah-masalah yang dihadapi. ”Datanglah KerajaanMu di Indonesia melalui GerejaMU”.

Kesimpulan
Kerajaan Allah harus dipahami secara utuh, menyeluruh dan simultan dalam teks dan konteks historis theologis antropologis dengan bentuk dan model-model yang telah disajikan Alkitab dan yang telah diperkenan oleh Allah. Memahami rangkaian Kerajaan Allah dalam konteks sejarah masa kelampauan hingga ke kiniannya yang berhubungan dengan komunitas manusia Kerajaan Allah yang masih tinggal dan hidup di dunia, maka rangkaian pemahaman theologis, antropologis beserta dengan kosmologis dan geologis harus menjadi pemahaman dan penekanan yang komprehensip dan simultan. Secara historis misi Kerajaan Allah dalam Alkitab berarti satu masyarakat yang adil, makmur dan yang memandang semua manusia sederajat adanya.

Menciptakan syalom atau perdamaian, menghadirkan keadilan, kebenaran, kekudusan, pembebasan dan rahmat Ilahi adalah misi utama dari kehadiran Kerajaan Allah. Implikasi riel dari misi Kerajaan Allah adalah peran dan tanggung jawab dari komunitas warga Kerajaan Allah. Yang menjadi simbol dan identifikasi dari komunitas warga Kerajaan Allah itu adalah orang-orang percaya, yaitu komunitas Kristen yang dikasihi oleh Raja dari Kerajaan Allah itu. Orang percaya adalah simbol dari kahadiran dan misi Kerajaan Allah di dunia ini yang dapat menjawab semua tantangan dan kebutuhannya dalam konteks sosial politik di Indonesia sekarang ini.

Jika persekutuan orang percaya dengan Kerajaan Allah telah menjadi nyata dan kuat, apapun yang menjadi problematiknya, kapanpun waktunya, dimanapun tempatnya serta siapapun person dan komunitas pelaku dan sasarannya maka “Datanglah KerajaanMu di bumi (Indonesia) seperti di Surga --- damai di surga damai di bumi (Indonesia)” akan menjadi kenyataan dan dapat akan segera dinikmati oleh semua umat yang tinggal di kosmos dan ge Indonesia milik kepunyaan Yahweh ini.

Jadi secara praktis dapatlah disimpulkan bahwa ; Gereja Indonesia mempunyai peran dalam pembangunan bangsa yang terpuruk dengan krisis multi dimensi yang menimpanya , baik dalam sektor politik, ekonomi, pendidikan, pembangunan masyarakat, hak asasi manusia, agama, komunikasi dan juga keamanan.
Gereja harus mempunyai pemahaman teks dan konteks yang harus dimengerti dengan jelas, kepercayaan akan kuasa dan bimbingan Roh Kudus, Injil mampu merubah kehidupan seseorang dan akan mampu mengaplikasikan sesuai dengan budaya lokal dan juga konteks sosial.

Gereja juga harus berani mengembangkan visi kemanusiaan yang adil dan beradab.
Gereja harus menjadi pelopor gerakan rekonsiliasi dalam semua sektor kemajemukan yang menjadi problem bangsa (agama, suku, golongan, daerah,dll)
Gereja dipanggil untuk terus menerus menyampaikan panggilan pertobatan dan anugerah pengampunan serta hidup baru. Dalam konteks ini, panggilan pertobatan itu tentu meliputi panggilan pertobatan dari korupsi, kolusi, nepotisme, materealisme, hidup yang konsumerisme dan hedonistis.
Gereja dalam kesaksian hidupnya harus menjukkan watak dan pribadi Kristus yang dapat diimplementasikan dan dikenal sebagai orang-orang yang rajin, bekerja keras, ulet, tidak cepat menyerah, hemat jujur dan dapat diandalkan.

Dengan demikian dan dari semua hal ini, dapatlah pada akhirnya kita dapat berkata : Deus Sempermaior : TUHAN yang selalu lebih besar daripada yang dapat kita perhitungkan.

Daftar Pustaka
Bosch, David J. Transformasi Misi Kristen: Sejarah Teologi misi yang mengubah dan berubah, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1997
Nasution Pontas, Situasi Sosial Politik Indonesia, makalah yang disampiakan dalam panel diskusi di ICDS, Jakarta 4 Oktober 2000.
Paimoen Eddy, Pengantar Teologi & Hermeneutik PB, Diktat Kuliah Matrikulasi ICDS, 2000
Paimoen Eddy, Etika Sosial Politik, Diktat Kuliah ICDS, Jakarta Oktober 2000.
Pixley, George V. Kerajaan Allah: Artinya bagi kehidupan politis, idiologis dan kemasyarakatan,
Terjemahan Alex Tabe, jakarta, BPK Gunung Mulia, 1990
Santoso Iman, Konteks Sospol Dalam Misi di Indonesia, Diktat Kuliah ICDS, Jakarta Oktober 2000.
Samuel, Vinay, And Christ Sugden (eds), Mission as Transformation; atheology of the whole Gospel, Oxford: Regnum, 1999
Singgih Emanuel Gerrit, Iman & Politik dalam era Reformasi di Indonesia, Jakarta, BPKGunung Mulia, 2000
Smith Oswald J. The Challenge Of Missions, London, Purnell and Sons, 1959
Snyder Howard A. Models of the Kingdom, Nashville: Abingdon, 1991
Siwu, Richard A.D. Misi dalam Pandangan Ekumenikal dan Evangelikal Asia, Jakarta, BPK Gunung Mulia, 1996
Thomas Norman E. Teks-teks Klasik tentang Misi dan Kekristenan Sedunia, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 1998



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

New Testament Exegesis

Harga Rp.110.000,- Pemesanan hub wa : 0816 1189911