Sabtu, 27 Oktober 2018

Ketegaran Hati dan Pertobatan

Lukas 11 : 29-32

"Aku akan percaya kepada Yesus, jika Dia melakukan tanda-tanda ajaib dalam hidupku !” Fenomena spektakuler seringkali menjadi suatu tanda yang sangat diharapkan oleh kebanyakan orang. Demikian pula secara sadar ataupun tidak, manusia suka memaksa Allah untuk memberikan tanda yang menyenangkan hati mereka. Allah tentu tidak dapat diatur oleh hati manusia. Malahan sebaliknya, manusialah yang harusnya mau diatur oleh Allah.

Dalam kisah ini digambarkan kerumunan orang banyak memaksa Yesus untuk memberi tanda ajaib kepada mereka. Ketika orang banyak mengerumuninya, berkatalah Yesus: “Angkatan ini adalah angkatan yang jahat.” Sebutan “angkatan yang jahat” (ay. 29) seharusnya sudah cukup untuk membuat orang yahudi tertegor  dan menyadari akan kejahatan hatinya, namun kenyataan berkata lain. Mereka meminta tanda kepada Yesus, tetapi tidak ada tanda lain, selain tanda Yunus yang diberikan oleh Yesus. Lalu apa maksudnya tanda Yunus di sini?

Tanda Yunus mengingatkan kita kepada kisah pertobatan di Niniwe. Yunus pada awalnya melarikan diri ke kota lain, karena ia menganggap bangsa Niniwe tidak layak untuk mendengar firman Allah dan pantas untuk dimurkai saja. Tetapi dalam perjalanan ke Tarsis Allah justru menghajar Yunus melalui badai yang dialami perahu yang ditumpanginya. Allah kemudian menghukum Yunus dalam perut ikan selama 3 hari. Tanda Yunus ini sesungguhnya menggambarkan penyaliban dan kebangkitan Yesus. Seperti Yunus yang tinggal dalam perut ikan selama tiga hari, demikian pula Yesus akan tinggal dalam rahim bumi 3 hari lamanya. Pada hakekatnya, pertobatan sejatinya adalah hati yang semakin menyadari keberdosaan diri dan memandang anugerah pengampunan oleh darah Yesus yang mahal itu.

Zaman Niniwe disebut sebagai zaman yang kejam, sejarah mencatat sadisnya penduduk Niniwe yang tidak bisa membedakan tangan kanan dan tangan kiri. Kendatipun demikian pertobatan itu terjadi tanpa adanya tanda-tanda spektakuler yang Yunus lakukan. Hati penduduk Niniwe hancur ketika mendengar firman Allah yang menegor Niniwe dan penduduk itu bertobat. Pada sisi yang lain, kerumunan orang banyak yang hidup di zaman Tuhan Yesus meminta tanda-tanda ajaib, tetapi justru berkeras hati dan tidak mau bertobat. Sungguh Ironis!

Kitapun hidup di zaman yang semakin jahat. Zaman now adalah bukan zaman primitif, tetapi kecanggihan zaman tidak otomatis menurunkan tingkat kejahatan yang ada. Kita melihat berbagai kejahatan muncul di mana-mana, bahkan dengan menggunakan “kecanggihan teknologi.” Kata “pertobatan” sepertinya menjadi sesuatu yang sudah usang, kuno dan primitif. Kiranya Tuhan berbelas kasihan atas kita dan negeri, di mana kita hidup di zaman ini. Kematian dan kebangkitan Yesus seharusnya sudah cukup menjadi dasar iman kita, dan itu lebih dari sekedar tanda.

(HL)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.

New Testament Exegesis

Harga Rp.110.000,- Pemesanan hub wa : 0816 1189911