Filsafat
yang mempengaruhi pemikiran-pemikiran orang modern hingga saat ini terus
berkembang karena lemahnya pemahaman Alkitab secara menyeluruh dan mendalam.
Gereja sebagai pilar utama dalam menyampaikan Kebenaran Firman Tuhan bahkan
mereka sendiri sudah mengalami pergeseran pemikiran. Faktor sosial, ekonomi,
latar belakang budaya dan sebagainya, barangkali telah secara langsung maupun
tidak langsung mempengaruhi hamba-hamba Tuhan dalam setiap gereja yang mereka
gembalakan.
Apa
yang disampaikan penulis melalui buku ini cukup menarik dari sudut informasi
dan data yang disampaikan, susunan bahasa dan kalimat-kalimatnya juga mudah
dibaca dan dipahami. Khusus dalam bab I juga dijelaskan waktu dimulainya
filsafat yang diajarkan dalam universitas, buku ini juga menyertakan pandangan
Aristoteles maupun fisuf lainnya dan
sekaligus bagaimana menurut Alkitab dan dimana ayat-ayat yang berkaitan. Secara
keseluruhan dalam Bab I dijelaskan mengenai usaha filsuf-filsuf dengan
filsafatnya yang ingin menghubungkan kebenarannya dengan Alkitab, dan bahwa
tidak ada pertentangan diantara kedua hal ini. Kesimpulan dalam Bab I juga
cukup jelas dan tegas, bahwa antara filsafat dan Alkitab jelas sekali berbeda.
Perubahan
atau pergeseran dari Alkitab kepada humanisme nampak dalam penjelasan di bab
II, pemikiran humanisme yang sebenarnya sudah tidak lagi tunduk kepada Allah
melalui firmanNya dan filsuf-filsuf kuno yang mempengaruhi dunia hingga saat
ini. Penulis tetap konsisten menggunakan dan menyajikan ayat-ayat dalam Alkitab
sebagai gambaran bahwa jelas sekali antara humanisme dan Alkitab itu berbeda. Dalam
bab II pandangan humanisme mengenai kebenaran menurut manusia itu sendiri yang
sangat diutamakan (walaupun kebenaran itu relatif) bagi saya sepertinya
terlihat jelas dipaksakan ketika kita sudah membaca dan memahami apa yang
dikatakan oleh Tuhan melalui firman-firmanNya didalam Alkitab.
Memang
salah satu seperti apa yang dikatakan Giovanni Pico Della Mirandola bahwa
manusia diciptakan tidak bersifat duniawi maupun surgawi seolah nampak benar,
karena sifat manusia yang dapat berubah-ubah dan manusia juga memiliki
‘kehendak bebas’ dalam hidupnya. Namun saya
tidak setuju dengan pandangan Humanisme yang telah memutuskan untuk memandang
manusia sebagai ukuran atau kaidah segala sesuatu (Bab II, hal.21). Juga yang
dikatakan Humanisme, bahwa Firman Allah tidak lagi sebagai patokan untuk
mengukur segala sesuatu (Bab II, hal.23). Humanisme mengatakan bahwa hanya ada
satu kewajiban yang diharuskan untuk manusia, yaitu kebenaran, padahal
kebenaran merupakan hal yang relatif. Kebenaran yang mutlak bagi saya adalah
Tuhan dan semua firmanNya yang ada di dalam Alkitab.
Mahasiswa teologi mempunyai peran penting dan besar bagi gereja, bagi
jemaat, bagi setiap orang yang kita temui agar pemahaman mereka tidak bergeser
dan akhirnya menjadi apatis terhadap Tuhan dan firmanNya. Segala informasi dan
pandangan-pandangan tokoh Humanisme dalam buku ini sangat berguna bagi saya
untuk bahan pengamatan di kehidupan sehari-hari.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Catatan: Hanya anggota dari blog ini yang dapat mengirim komentar.